Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Aceh 2024, Muzakir Manaf (Mualem) dan (Dek fad), turut hadir sebagai tamu undangan istimewa. Kehadiran mereka dalam acara tersebut memberikan kesan tersendiri, mengingat keduanya merupakan kandidat kuat yang diusung oleh beberapa partai politik nasional dan lokal dalam Pemilihan Gubernur Aceh mendatang.
Setelah prosesi pelantikan Panglima Laot, Abubakar atau yang akrab disapa Cek Baka, selaku panitia penyelenggara, memberikan kesempatan kepada pasangan Mualem Dek fad untuk menyampaikan sambutan. Dalam sambutannya, Mualem menyentuh permasalahan kesejahteraan nelayan yang menurutnya masih jauh dari kata sejahtera.
Mualem menekankan pentingnya kehadiran investor untuk menampung hasil tangkapan ikan nelayan, terutama saat terjadi banjir panen. Ia menyebutkan, sering kali ketika hasil tangkapan melimpah, harga ikan justru menurun drastis, sehingga nelayan tidak mendapatkan keuntungan yang seharusnya. “Kalau ada investor, ikan bisa ditampung dan dikirim keluar Aceh, sehingga ekonomi keluarga nelayan bisa lebih baik,” ujar Mualem.
Ia juga menyoroti bahwa kehidupan para nelayan saat ini masih penuh dengan tantangan. Meskipun bekerja keras setiap hari, banyak dari mereka yang masih kesulitan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Oleh karena itu, Mualem mengajak semua pihak untuk lebih memperhatikan nasib para nelayan di Aceh.
Sementara itu, Dekfad dalam sambutannya menambahkan, bahwa dukungan politik yang dimiliki pasangan ini sangat kuat. Dengan 51 kursi yang berhasil diraih oleh partai pengusung mereka di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), serta dukungan dari Presiden terpilih Prabowo Subianto, mereka optimis mampu memperjuangkan kepentingan Aceh di tingkat nasional.
Dekfad juga menguraikan bahwa sektor nelayan, pertanian, dan perkebunan akan menjadi fokus utama mereka dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh. Ia percaya, dengan sinergi antara gubernur, DPRA, dan presiden, pembangunan di Aceh akan lebih mudah dan efektif.
Setelah menyampaikan sambutan, pasangan Mualem/Dekfad menjalani prosesi peusijuk (tepung tawar), sebuah tradisi Aceh sebagai tanda restu dan doa untuk kesuksesan. Prosesi ini dipimpin oleh tiga ulama besar Aceh yang memiliki pengaruh kuat di masyarakat.
Peusijuk pertama dilakukan oleh Tgk H. Sofyan Mahdi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Abon Arongan. Ulama kharismatik ini memberikan doa agar pasangan Mualem/Dekfad diberikan kemudahan dan keberkahan dalam setiap langkah mereka.
Selanjutnya, peusijuk dilakukan oleh Drs. Tgk. H. Muhammad Ismy, Lc, MA, yang juga merupakan anggota Komisi A Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh dan pimpinan Dayah Modern Babun Najah di Ulee Kareng, Banda Aceh. Ia mendoakan agar pasangan ini dapat membawa kebaikan dan kemakmuran bagi rakyat Aceh.
Ulama ketiga yang memberikan peusijuk adalah Abati Tarmizi M. Judon, pimpinan Dayah Anwarul Munawwarah Meuko Baroh, Pidie Jaya. Dengan penuh khidmat, ia menutup prosesi tersebut dengan doa-doa yang penuh harapan untuk masa depan Aceh yang lebih baik.
Acara pelantikan dan kenduri tersebut tidak hanya memperkuat ikatan antar nelayan, tetapi juga menjadi momen penting bagi pasangan Mualem/Dekfad untuk mendekatkan diri dengan masyarakat pesisir, serta mempertegas komitmen mereka dalam memperjuangkan hak-hak nelayan Aceh.[]