Distanbun Jumat 27-11-2020, Selama dua hari sosialisasi yang di lakukan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, tentang kelembagaan benih kopi Aceh, yang di adakan disalah satu hotel ternama di Banda Aceh.
Saat sesi pembukaan, Kepala Dinas tidak hadir, dan diwakili oleh Sekretaris Distanbun Aceh,.
Azanuddin Kurnia, sebagai sekretaris Distanbun Aceh berharap, kemandirian petani kopi dalam memperoleh peluang – peluang pasar serta pengembangan perkebunan kopi di Aceh.
Bagaimanapun, sambung Azanuddin, sektor perkebunan kopi telah mampu memperkuat pendapatan negara, menekan angka kemiskinan dengan terbukanya lapangan kerja.
Angka tetap statistik tahun 2019, luas areal perkebunan kopi rakyat secara umum di Aceh mencapai840.181,09 hektare ( ha ) dengan produksi 734.695,41 ton.
Dimana komoditi Kopi Arabika memiliki luas areal 102.860 Hektar yang terdiri dari 12.740 ha ( TBM ),81.433 Ha ( TM ) dan 8.687 Ha (TR) dengan Total Produksi65.902,07 ton, produktivitas 809,28 kg per hektar dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak141.946 orang per-ha juga per-tahun, ungkap Azanuddin.
Sementara untuk komoditi Kopi Robusta memiliki luas areal 22.471Hektar yang terdiri dari 4.528 ha ( TBM ), 11.192 Ha ( TM ) dan 6.752 Ha (TR) dengan Total Produksi 6.821 ton, produktivitas 609,40 kg/ha dan mampu menyerap tenaga kerja 26.741 orang per-ha dalam per-tahun.
Guna membangun perkebunan Aceh yang produktif, berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah selama ini dan perlu diperkuat serta didukung oleh semua pihak, Azanuddin Kurnia, menjelas kan..
Beberapa alternatif solusi lain yang disarankan adalah, perbenihan Guna meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, tentunya harus diawali dengan menggunakan benih unggul bermutu, penggunaan sarana produksi yang tepat sesuai rekomendasi, dan penerapan sistem manajemen usaha tani yang sesuai.
Penyediaan benih unggul bermutu, diharapkan memehuhi unsur enam tepat, seperti :
tepat varietas atau klon, tepat jumlah, tepat mutu, tepat waktu dan tempat yang tepat serta harga tepat di tingkat pengguna.
Untuk mendukung kegiatan penyediaan benih unggul bermutu perlu pembinaan terhadap para pelaku usaha produksi benih, pelatihan, serta sosialisasi peraturan terkait perbenihan, serta memperbanyak kebun sumber benih, ungkap Azanuddin.
Pemerintah juga mencatat, lanjut Azanuddin, selama pandemi Covid-19 telah mengganggu stabilitas ekonomi industri kopi dalam negeri, penyebaran pandemi sudah mengganggu perekonomian global dan nasional, termasuk sektor kopi.
Pantauan Kemendag, pada Juni 2020, harga kopi internasional terus melemah di kisaran US$2,2/kg.
Padahal komoditas kopi pernah dihargai cukup tinggi sebesar dua kali lipat dibandingkan saat ini di kisaran US$4,68/kg. akibat ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi saat ini sehingga harga kopi terus menurun, jelas Azanuddin..
BPS mencatat, periode Januari–Mei 2020, total nilai ekspor biji kopi dan olahannya turun 12,2% dan impor kopi turun 35,17% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Pada saat yang sama, harga kopi nasional ikut terjerembab. Per Juni, harga kopi arabika turun 7,6% dan robusta turun 13,24% dibandingkan Juni 2019.
Di tingkat internasional, kata Azanuddin, rantai pasok kopi juga mengalami gangguan akibat ekspor yang terhambat karena penutupan pelabuhan laut dan udara. Belum lagi pengetatan sosial menyebabkan keterlambatan custom clearance di beberapa negara.
Pandemi juga memengaruhi daya beli konsumen yang akhirnya berakibat ke permintaan kopi dan menurunkan tingkat pemanfaatan industri kopi olahan.
Kondisi Pandemi Covid 19 juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan kopi di Aceh, dimana terjadi penumpukan kopi di Gudang akibat menurunya harga kopi dan juga permintaan kopi dunia yang menyebabkan kopi ditingkat petani maupun pedagang lokal tidak dijual ke eksportir.
Azanuddin Kurnia mengharapkan, kekompakan para petani kopi sebab dengan adanya persamaan persepsi diantara stageholder pembenihan kopi serta adanya jaminan ketersediaan benih kopi serta adanya jaminan produktifitas kopi.
Hadir pada acara pembukaan sosialisasi kelembagaan benih kopi dari penangkar bibit kopi, petani kopi dari wilayah Aceh Tengah, Gayo Lues, Bener Meriah, Aceh Jaya, serta Pijay, selain itu para pelaku koperasi serta para pakar dibidang kopi serta pihak Distanbun Aceh.[]