BANDA ACEH – Suasana berbeda terasa di salah satu sudut Balee Meuseraya Aceh (BMA) selama Expo Hari Damai 2025 berlangsung. Dari kejauhan, pengunjung sudah disambut suasana hijau. Itulah stand Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh yang mengusung tema Ekowisata.
Tak sekadar memamerkan brosur dan spanduk, stan ini menghadirkan pengalaman yang hidup dan interaktif. Agam-Inong Aceh ramah menyambut setiap pengunjung, mengajak mereka berdialog tentang destinasi unggulan, sekaligus memperkenalkan paket wisata berbasis alam yang kini menjadi daya tarik utama Aceh.
Di sana, masyarakat bisa melihat banner informatif, video destinasi wisata dan membaca majalah pariwisata. Sementara itu, doorprize yang disediakan semakin menambah semarak suasana. Stan ini tak pernah sepi, selalu dipadati pengunjung yang penasaran dengan pesona alam Aceh.
“Lewat stan ini, kami ingin menunjukkan bahwa Aceh memiliki banyak destinasi wisata yang wajib dikunjungi,” ujar Kepala Disbudpar Aceh, Almuniza Kamal di Banda Aceh, Selasa, 19 Agustus 2025.
Upaya kreatif itu membuahkan hasil. Panitia Expo menobatkan stan Disbudpar Aceh sebagai yang terbaik pertama pada 18 Agustus 2025. Bagi Almuniza, penghargaan tersebut adalah penyemangat untuk terus memperkenalkan Aceh ke dunia.
“Aceh sekarang sangat aman dan nyaman dikunjungi. Damai yang sudah berusia 20 tahun ini menjadi modal besar bagi kita untuk melestarikan budaya, memajukan pariwisata dan ekonomi kreatif Aceh,” katanya.
Daya tarik pariwisata Aceh pun kian terbukti. Data BPS mencatat, sejak Januari hingga April 2025, jumlah wisatawan mencapai 7,3 juta kunjungan, melonjak 76,42 persen dibanding periode yang sama pada 2024 yang hanya 4,1 juta kunjungan.
“Meningkatnya kunjungan wisatawan menjadi bukti Aceh semakin diminati, baik oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara. Kami terus berbenah agar pengunjung merasa nyaman,” tambah Almuniza.
Expo Hari Damai Aceh 2025 yang berlangsung 14–18 Agustus menjadi momentum perayaan 20 tahun perdamaian. Di tengah semangat itu, stan Disbudpar tampil bukan sekadar pameran, melainkan jendela yang membuka pesona ekowisata Aceh bagi siapa pun yang melangkah masuk.[]