Sigli – Bupati Pidie, H. Sarjani Abdullah, mengeluarkan himbauan darurat kepada seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. Peringatan ini disampaikan menyusul rekomendasi siaga bencana dan peringatan dini cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh.
Juru Bicara Bupati Pidie, Andi Firdhaus, SH, CPM, menjelaskan bahwa analisis dinamika atmosfer menunjukkan adanya faktor-faktor pemicu cuaca ekstrem yang aktif di bulan November dan Desember 2025.
Pemicu Cuaca Ekstrem di Aceh
Menurut analisis BMKG, kondisi cuaca ekstrem di wilayah Aceh diakibatkan oleh beberapa faktor pemicu utama, di antaranya adalah:
Aktifnya bibit siklon tropis 95B di Selat Malaka.
Indeks Dipole Mode yang bernilai negatif.
Aktifnya gelombang Rossby Ekuatorial.
Adanya belokan angin, konvergensi, dan suhu muka laut yang hangat, yang secara signifikan dapat meningkatkan penambahan massa uap air.
Kombinasi kondisi ini meningkatkan kontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai angin kencang di seluruh wilayah Aceh.
BMKG secara spesifik merekomendasikan masyarakat untuk mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang akibat hujan dengan intensitas lebat yang berlangsung terus-menerus atau durasi lama. Masyarakat di daerah pegunungan juga diimbau segera meninggalkan lerengan atau wilayah aliran sungai saat melihat awan tebal hitam dan rintik hujan dimulai.
Enam Poin Himbauan Kesiapsiagaan Bupati
Menyikapi status siaga dari BMKG, Bupati Pidie H. Sarjani Abdullah mengeluarkan enam poin penting yang wajib dilaksanakan oleh seluruh elemen masyarakat dan pemerintah daerah:
Siaga Penuh dan Peningkatan Kewaspadaan: Masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir, bantaran sungai, lereng perbukitan, dan wilayah berisiko lainnya diminta untuk tetap siaga dan meningkatkan kewaspadaan secara berkelanjutan.
Hindari Aktivitas di Sungai: Warga diimbau untuk menghindari segala aktivitas di area sungai, terutama saat hujan deras dan debit air meningkat. Pengawasan terhadap anak-anak dan keluarga harus dipastikan.
Memantau Informasi Resmi: Masyarakat diminta aktif memantau informasi resmi terbaru mengenai perkembangan cuaca, potensi bencana, dan kenaikan debit air dari BMKG, BPBD, dan instansi terkait.
Koordinasi Aparat Gampong: Seluruh Keuchik (Kepala Desa) dan aparat gampong diinstruksikan memperkuat koordinasi dengan Camat, BPBD, TNI/Polri, dan relawan untuk memastikan kesiapan siaga bencana dan melakukan pemantauan berkala di wilayah masing-masing.
Peningkatan Kesiapsiagaan Instansi: BPBD, Pemerintah Kecamatan, dan instansi terkait wajib meningkatkan kesiapsiagaan personel, relawan, fasilitas, dan peralatan penanganan bencana semaksimal mungkin, serta melakukan pemantauan intensif di wilayah rawan.
Langkah Konkret Penanganan Pengungsi: Instansi terkait diwajibkan segera berkoordinasi untuk melakukan langkah konkret dan penanganan cepat dalam memenuhi kebutuhan dasar warga yang mengungsi akibat dampak bencana.
"Semoga Allah SWT melindungi kita semua," tutup Andi Firdhaus mengutip pesan dari Bupati Pidie.


