Tepat di pinggir sungai Batee Iliek, Desa Cot Meurak, kecamatan Samalanga sekitar 1 km dari jalan raya berdiri sebuah Dayah Najmul Hidayah al-Aziziyah. Lokasi Dayah ini bertempat persis pada area tempat berdirinya sebuah Dayah yang pernah berkembang pada zaman Kesultanan Aceh yang dikenal sebagai Dayah Meunasah Subung Cot Meurak.
Tanggal 28 November 2025, Dayah Najmul Hidayah Al Aziziyah ambruk setelah longsoran tebing menerjang dan menyeret seluruh bangunan ke arah sungai yang tengah meluap. Peristiwa ini bukan hanya meruntuhkan gedung, tetapi juga memaksa ratusan santri kehilangan tempat tinggal dalam hitungan detik.
Situasi ini mengguncang lembaga pendidikan agama Islam tersebut, karena jumlah santri yang terdampak begitu besar, mencapai 329 orang. Mereka sebelumnya tinggal dan beraktivitas di asrama tersebut, namun kini hanya bisa menyaksikan bangunan tempat mereka hilang terseret derasnya aliran sungai.
Pimpinan Dayah/pasantren Tgk. Tarmizi M. Daud al-Yusufy menyatakan bahwa banyak bagian dayah tak bisa digunakan lagi, bahkan sebagian struktur dinilai “masuk ke alur sungai” akibat banjir bandang hebat.
Situasi ini sangat mempengaruhi lembaga pendidikan Islam karena Dayah Najmul Hidayah menampung ribuan santri dari berbagai daerah di Aceh dan Luar Aceh.
Bara JP Aceh mengambil langkah tanggap, pada hari Sabtu tanggal 6 Desember 2025, membuat dapur umum sehari untuk para santri dayah sebagai bentuk solidaritas dan mengembalikan semangat kepada para santri yang baru tertimpa musibah.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Bara JP (Barisan Relawan Jalan Perubahan) Aceh, Zulkifli Ak mengharapkan kepada kepada Pemerintah Pusat untuk segera melakukan rehabilitasi dan rekontruksi kepada dayah najmul Hidayah, karena dayah ini mempunyai sejarah perjuangan yang kuat dalam penyebaran agama Islam dan pertahanan dalam perang Aceh dengan Belanda.
Dalam catatan sejarahnya, dayah ini diazaskan dulunya oleh seorang ulama Mekkah, Syeikh Abdussalam Bawarith Asyi pada tahun 1703 M pada saat kunjungan beliau bersama abangnya Syeikh Abdurrahim Bawarith Asyi (Tgk. Syik Awe Geutah) ke Aceh pada masa Sultan Badrul Munir Jamailullail bin Syarif Hasyim (1703-1726).
Ketika benteng Batee Iliek ditaklukkan oleh Van Heutzh pada tahun 1901, dayah Meunasah Subung yang dipimpin oleh Syeikh Yahyauddin Bin Abdurrahim Bawarith, cicit Syeikh Abdussalam, turut dihancurkan sehingga seluruh manuskrip dan kitab-kitab ikut terbakar.
Pembina Dayah Najmul Hidayah Al Aziziyah, Tgk Dr Adli Abdullah Bawarith menyatakan bahwa Kerugian akibat ambruknya bangunan diperkirakan mencapai lebih dari Rp 6 miliar. Selain gedung asrama, sejumlah fasilitas pendidikan dan perlengkapan santri rusak atau hanyut terbawa arus. Karena itu, Dayah sangat membutuhkan dukungan logistic/bantuan dari pemerintah maupun masyarakat. Kebutuhan mendesak meliputi dapur umum, selimut, pakaian, alas tidur, obat-obatan, serta fasilitas sanitasi. “Kami memohon perhatian pemerintah karena ini menyangkut ratusan santri”. Ujar Tgk Adli.[]